Surabaya, 20 Agustus 2045 – Ketua Majelis Tabligh PDM Surabaya sekaligus Kepala SMP Muhammdiyah 7 Surabaya, Ustaz Imam Sapari, S.HI., M.Pd.I, yang akrab disapa Gus Imsap, memaparkan pentingnya mendidik anak agar memiliki pribadi militan di tengah fenomena “generasi instan” yang serba cepat. Materi ini disampaikan dalam kajian parenting di Masjid An-Nur, Gunung Sari Indah, Surabaya, pada Rabu malam (20/08).
Kajian yang dimulai pukul 19.30 WIB ini dihadiri oleh sekitar ratusan jama’ah kajian, baik bapak-bapak maupun ibu-ibu, yang tampak sangat antusias mengikuti setiap penjelasan dari narasumber. Gus Imsap menjelaskan bahwa “generasi instan” adalah generasi yang terbiasa dengan kemudahan, kecepatan, dan hasil yang serba cepat. Hal ini berbanding terbalik dengan nilai kesabaran dan dapat memunculkan anak-anak yang mudah “baperan” atau terlalu perasa dan sensitif.

Menurut Gus Imsap, ada 10 permasalahan yang sering dihadapi anak zaman sekarang, di antaranya adalah kecanduan gadget, mudah merasa insecure, lemah dalam bakat dan akademis, mudah depresi, serta terjebak dalam pergaulan dan percintaan yang salah. Oleh karena itu, dibutuhkan strategi khusus untuk membentuk pribadi anak yang militan. Pribadi militan di sini didefinisikan sebagai pribadi yang memiliki daya juang tinggi, mental baja, teguh pendirian, dan tidak mudah goyah oleh tantangan.

Gus Imsap memaparkan tujuh pilar penting dalam membentuk pribadi militan pada anak, yaitu:
- Disiplin, yakni Menanamkan kebiasaan yang baik dan konsisten.
- Tanggung Jawab, yakni Memberikan tugas yang sesuai dengan usianya.
- Problem Solving, yakni Melatih anak untuk mandiri dalam mencari solusi atas masalahnya.
- Resiliensi, yakni Mengajarkan anak untuk bangkit dari kegagalan dan menjadikannya sebagai pembelajaran.
- Orientasi pada Proses, yakni Menekankan pentingnya usaha dan perjalanan, bukan hanya hasil akhir.
- Nilai-nilai Agama, yakni Menjadikan keimanan dan ketakwaan sebagai fondasi kekuatan mental dan spiritual.
- Lingkungan Mendukung, yakni Menciptakan lingkungan keluarga yang positif, suportif, namun juga menantang.
Kajian yang awalnya dijadwalkan satu jam, tanpa terasa berjalan lebih dari satu jam karena antusiasme jama’ah yang aktif mendengarkan. Acara ditutup dengan ramah tamah dan makan malam Bersama dalam rangka mempererat tali silaturahmi antar jama’ah.
(rachell fattama az zahrah)